PEMBELAJARAN TATAP MUKA (PTM) TERBATAS
DI MTs MIFTAAHUL ULUUM SUTOJAYAN BLITAR
Pandemi Covid-19 telah merubah
tatanan kehidupan, berbagai sektor terdampak, baik sektor ekonomi, sektor
budaya maupun sektor pendidikan. Anak didik mulai tingkat pra sekolah, tingkat
sekolah dasar, tingkat menengah bahkan tingkat perguruan tinggi harus bisa
merubah kebiasaan baru, mereka yang semula tidak kenal dengan media elektronik,
hanphone, gadget, internet, wifi, kuota, daring, luring, online, offline,
download, upload, zoom meeting,video, audio dan lain sebainya mereka mau tidak
mau harus belajar mengenal dan mengoperasikannya.
Pembelajaran yang biasa dengan cara
konvensional berubah menggunakan pembelajaran secara daring/online. Anak didik
yang semula gaptek mau tidak mau harus berusaha mengikuti medote baru, begitu
juga para bapak ibu guru. Bapak ibu guru dituntut untuk bisa menyampaikan
pelajaran secara daring dengan metode yang bisa diterima oleh anak didik maupun
orang tua. Orang tua yang sebelumnya mendampingi anak-anaknya belajar mau tidak
mau harus ikut belajar/sekolah pula. Betul betul dampak pandemi merubah
segalanya.
Bicara soal dampak pandemi kita
ambil sisi positifnya, anak-anak, orang tua, bapak ibu guru stakeholder pendidikan
mengalami lompatan teknologi, yang semula tidak bisa menggunakan handphone
akhirnya mau belajar menggunakan handphone. Masa seperti ini kalau normal tidak
adanya pandemi bisa merubah tatanan kehidupan 4 atau 5 bahkan 10 tahun yang
akan datang.
Dua tahun lebih anak-anak hanya
belajar/sekolah secara daring/online. Mula mula meraka senang belajar dengan
handphone karena lebih santai dan durasi belajar singkat tidak seperti
pembelajaran konvensional/tatap muka yang memakan waktu hingga pukul 13.00
bahkan ada juga yang sampai jam 16.00 sore. Tetapi setelah dua tahun lebih
mereka belajar secara daring mereka mengalami kebosanan, kejenuhan, looss
learning, semangat belajar menurun, orang tua stress, bapak ibu guru juga
stress. Anak-anak dan orang tua satu persatu mulai menanyakan kapan sekolah seperti dulu/tatap
muka dibuka ?.
Beberapa argumentasi atas paparan
diatas membuat pemangku pendidikan mulai dari orang tua wali murid, bapak ibu
guru, kepala sekolah berusaha mencari terobosan untuk bisa mengadakan tatap
muka terbatas. Sekolah menyusun kurikulum darurat untuk diberlakukan saat tatap
muka, prokes dipersiapkan, ijin dari Dinas pendidikan ataupun satgas covid
semua harus dipersiapkan matang-matang. Bapak ibu guru, anak-anak didik minimal
sudah vaksin ke satu sekolah baru berani mengadakan pembelajaran tatap muka
terbatas. Persetujuan wali murid juga harus ada, dari surat yan dikumpulkan
dari wali murid 95% wali murid minta pembelajaran tatap muka dengan alasan
seperti yang saya sampaikan diatas.
Mulai Januari 2022 lembaga kami
telah mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas untuk 50% dari peserta didik
dan diawal bulan Pebruari mulai 100%, jika kita rasakan secara langsung anak
didik masih banyak membutuhkan adaptasi dalam segala hal, terutama dalam metode
pembelajaran yang semula pembelajaran secara daring/online menjadi pembelajaran
secara langsung.
Dari artikel diatas bisa kita tarik
kesimpulan dampak pandemi mengajarkan kita untuk adaptasi dengan tatanan baru. Terdapat
perubahan perilaku masyarakat dan anak didik yang mau tidak mau itu harus
terjadi mereka harus kenal mulai dini dengan teknologi. Meskipun era pandemi
sudah berangsur normal kehidupan baru tidak mungkin akan berubah kembali ke
kehidupan yang lalu. Tetapi yang tidak kalah pentingnya apapun zamannya budi
pekerti, norma, dan tatanan kehidupan yang menjunjung adat ketimuran tidak
boleh sirna tergerus pandemi.
Blitar,
07 Pebruari 2022
Oleh
Muhammad
Masduqi